Dikasihi dan Diutus
9 Februari 2025
Percakapan Tuhan dengan Yesaya dalam Yesaya 6:1-13 merupakan sebuah percakapan yang terjadi di tengah-tengah kondisi di mana Yesaya berada dalam titik nadir kehidupannya. Raja yang dikaguminya yaitu Uzia, seorang raja yang dikagumi karena keberhasilannya, meninggalkan dunia ini. Yesaya bersedih. Di tengah kesedihan itu ia pergi ke Bait Allah untuk menenangkan diri dengan mencari penghiburan dari Tuhan.Sebuah anugerah yang ditunjukkan Tuhan kepada Yesaya di saat-saat ia membutuhkan sentuhan Allah. Allah tidak hanya sekedar menghiburnya, lebih daripada itu menampakkan diri bercakap-cakap dengannya; sebuah percakapan yang membuka wawasan pelayanan Yesaya.Kehadiran Allah dimulai dengan penyataan sifat-sifat Allah yang Maha Mulia, Maha Kudus dan Maha Kuasa. Disusul dengan seruan, bagaikan sebuah koor paduan suara yang memuji kekudusan Tuhan. Mengalami kehadiran Tuhan dan mendengarkan seruan tentang kekudusan Tuhan, membuat Yesaya takut sampai berkata, “Celakalah Aku!” Ia menyadari dirinya yang berdosa. Ia sadar tidak layak berjumpa dengan Tuhan. Ia tahu, ketika seorang berdosa berjumpa dengan Tuhan, maka orang berdosa tidak akan tahan dengan kekudusan itu. Ia pasti binasa. Di sinilah nampak anugerah yang besar dialami oleh Yesaya. Tuhan tidak menghukumnya, melainkan mengampuninya serta menguduskannya melalui tindakan simbolis Serafim yang menyentuh mulutnya dengan bara api dari mezbah persembahan. Dengan anugerah seperti ini, Tuhan memperlihatkan kasih-Nya yang besar kepada Yesaya; dan juga kepada semua manusia. Namun anugerah Allah tidak berhenti sampai di situ. Segera setelah anugerah pengampunan itu, Tuhan sendiri memanggil dengan sebuah pertanyaan, “Siapakah yang akan Ku utus?” (Yes 8). Di utus ke mana? Kelihatannya Yesaya menyadari dia akan diutus ke mana, yaitu ke bangsanya yang hidup dalam dosa (Yes 6:5, 10). Yesaya segera menjawab panggilan Tuhan dengan menyatakan kesediaannya, “Ini aku, utuslah aku!” (Yes 5:8). Tanpa pikir panjang dan penuh pertimbangan, jawaban itu diberikan. Ini karena ia mengalami kasih yang besar dari Allah dan menyadari bangsanya juga membutuhkan kasih besar Ilahi untuk pengampunan dosa mereka. Yesaya mau menjadi utusan Tuhan untuk mewartakan berita pengampunan dosa kepada bangsanya. Mereka yang menerima kasih secara cuma-cuma akan sangat antusias untuk segera membagi kasih itu secara cuma-cuma kepada sesamanya. Di setiap zaman dan generasi, Tuhan selalu hadir untuk menyatakan kasih-Nya dan memanggil serta mengutus mereka yang sudah menerima anugerah Tuhan tersebut untuk keluar berbagi bagi sesamanya. Panggilan dan pengutusan ini juga untuk Anda dan saya. Seperti Yesaya yang menanggapi panggilan dan pengutusan Tuhan dengan spontan, bersediakah Anda memenuhi panggilan dan diutus oleh Tuhan untuk menyaksikan anugerah pengampunan dan keselamatan yang sudah Anda alami? (SW).